DvRbEvAuTfXkXjVuPuVkTuOzYvLuHpKnDvCvCxVhGbMxAzDaBgGnTrKxMvJsPqQhEnAzJgNsJsBzMlRdUqViNvMtDdRfReMoSjLrZyNaHzRcGbXySzZpAeNaZiHuPdXwJuFcSpFfVpPdWzNnGnDoIdYbItNaAmGlFbOzJyQkPlNvHlDmDhVuJkPhDvFcHmIwHdEkZt
Preloader

Telepon 031-8290473

Peringatan Hari Guru Nasional

Wahai sobat Libels, tahukah kalian kalau Hari Guru Nasional diperingati tiap tanggal 25 November. Pada tanggal itu,  juga diperingati Ulang Tahun PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) lho !!!!. Bagaimana sih sejarah terbentuknya PGRI dan juga mengapa harus ada Hari Guru Nasional, padahal sudah ada Hari Pendidikan. Yuk simak informasi di bawah ini

Sejarah Singkat PGRI 

Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah –guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 –seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia– Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :

  1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
  2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
  3. Membela hak dan nasib buruh umumnya,guru pada khususnya.

Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan independen.

Untuk itulah , sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional , dan diperingati setiap tahun.

Peringatan Hari Guru Nasional di SMA Negeri 15 Surabaya

Hari Guru Nasional di SMAN 15 Surabaya di peringati dengan adanya UPACARA BENDERA dan dipimpin oleh Pembina Upacara bapak Drs. Eko Yulianto, M.M.. Upacara berlangsung sangat khitmad dan juga tertib, mengingat di hari itulah guru-guru di seluruh Indonesia merayakan hari lahirnya status profesi dan jabatan mereka.

(Drs. Eko Yulianto, M.M)

Tak berhenti di situ pada upacara Hari Guru Nasional tersebut beberapa guru mendapatkan prestasi yang hanya bisa di capai dalam kurun waktu 10 tahun sekali yaitu Satyalancana Karya Satya. Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada para Pegawai Negeri Sipil yang telah melaksanakan tugasnya dengan menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, serta telah bekerja terus-menerus dalam jangka waktu tertentu

5 guru yang mendapat hal tersebut admin abadikan dalam bentuk foto yang bisa di lihat di bawah ini.

 

                     

Kejutan dari beberapa siswa juga tidak kalah menarik. Tak disangka-sangka ketika upacara mendekati akhir, beberapa siswa berhamburan keluar dari barisan upaca untuk menyerahkan bunga. Bunga yang diserahkan kepada bapak ibu guru tersebut merupakan simbol ucapan terima kasih kepada guru-guru SMAN 15 Surabaya karena selama ini tanpa mengenal lelah dan tak menyerah mendidik putra-putri SMAN 15 Surabaya agar menjadi pribadi yang tangguh, kompeten, dan berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia di era mendatang.

Tak hanya prestasi guru, pada upacara Hari Guru Nasional beberapa putra dan putri Libels juga menorehkan prestasi yang membanggakan.

Prestasi-prestasi tersebut bisa di lihat pada gambar di bawah ini :

Dari kiri ke kanan

  1. Gold Medal untuk Rizal Hafidh X12 di ajang Thailand International Mathematical Olympiad 2022 dan Mathematics Without Borders Autumn 2022
  2. Gold Medal untuk Salwa Nadia Maharani di ajang Perlombaan Catur Standar POPDA XIII 2022
  3. Juara 2 untuk Alfaizy Dhimas R di ajang Lomba LKT 2022 Bidang Robotika UNESA
  4. Juara 3 untuk Alfan N di ajang Cabang Olahraga Bridge POPDA JATIM 2022
  5. Juara 2 untuk TIM BOLA VOLI PUTRA di ajang Turnamen Bola Voli Antar SMA se Surabaya Internasional School
  6. TOP 10 UBS GOLD DANCE untuk TIM DANCE LIBELS di ajang Dance Competition Honda DBL 2022
  7. PANGKALAN TERBAIK 10 untuk TIM PRAMUKA LIBELS di ajang Perkemahan Asahbaya SBH Surabaya

Terima kasih putra putri Libels, terima kasih juga bapak ibu guru untuk hari yang meriah dan membanggakan.

Surabaya, 25 November 2022

SMA Negeri 15 Surabaya

dikutip dari

SEJARAH SINGKAT PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI)

https://id.wikipedia.org/wiki/Satyalancana_Karya_Satya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi 031-8290473