DvRbEvAuTfXkXjVuPuVkTuOzYvLuHpKnDvCvCxVhGbMxAzDaBgGnTrKxMvJsPqQhEnAzJgNsJsBzMlRdUqViNvMtDdRfReMoSjLrZyNaHzRcGbXySzZpAeNaZiHuPdXwJuFcSpFfVpPdWzNnGnDoIdYbItNaAmGlFbOzJyQkPlNvHlDmDhVuJkPhDvFcHmIwHdEkZt
Preloader

Telepon 031-8290473

BERSALAMAN DENGAN PAK MENTERI

“It always seems impossible until it’s done” (Nelson Mandela)

Acara Temu Guru Penulis yang digagas oleh Media Guru pada bulan November 2017 menjadi salah satu acara yang berpengaruh dalam hidup saya. Di acara ini, saya berkesempatan menyaksikan upacara peringatan Hari Guru Nasional sekaligus menghadiri pameran pendidikan di Plaza Insan Berprestasi Kemdikbud Jakarta. Di momen ini pula, saya menyaksikan buku perdana saya dipamerkan di 2 stand, yakni stand P4TK Penjas BK dan stand Media Guru. Meskipun sebenarnya buku saya saat itu masih dalam proses revisi, namun cetakan pertama yang masih jauh dari sempurna itu telah berjajar dengan karya-karya guru lainnya, disaksikan oleh para undangan, pejabat Kementrian dan perwakilan guru-guru berprestasi dari seluruh Indonesia. Sebuah pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Setelah upacara berakhir, para guru yang berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia berusaha keras untuk mendekati Mendikbud Muhadjir Effendy untuk sekedar bersalaman maupun berfoto bersama. Pak Menteri yang biasanya hanya bisa dilihat di TV tiba-tiba hanya berjarak beberapa meter membuat para guru berusaha keras mendekatinya. Awalnya, Pak Menteri menanggapi dengan ramah. Namun, semakin lama semakin banyak guru yang berkerumun hingga Pak Menteri kesulitan bergerak, dan akhirnya tim protokoler bertindak untuk mengamankan Pak Menteri. Pada saat itu, saya bersama teman dari Kediri, Ibu Matlas, hanya tertegun menyaksikan orang-orang yang berusaha keras mendekati pak Menteri. Meskipun awalnya saya juga sempat berusaha mendekat, namun akhirnya saya menahan diri dan menjauh dari kerumunan. Saat itu, saya mengatakan kepada bu Matlas : “Saya mau bersalaman dengan Pak Menteri, tapi tidak dengan cara mengejar-ngejar seperti itu. Saya akan bersalaman dengan Pak Menteri, tapi di atas panggung. Pak Menteri lah yang datang untuk menyalami saya”, saya mengatakan hal itu sambil tersenyum-senyum, antara berharap dan berkhayal.

Siang harinya, ketika saya memutuskan untuk pulang ke rumah dan ikut menemani ibu saya ke undangan pernikahan, teman-teman saya dari Kediri dan Makassar yang masih bertahan di kantor Kemdikbud tanpa sengaja bertemu dengan Pak Menteri di lift, dan sempat berfoto bersama. Yah, berarti tinggal saya yang belum bersalaman dan berfoto bersama Pak Menteri. Tapi saya tidak terlalu menyesal, karena saya masih yakin dengan khayalan saya, bahwa cara terbaik untuk bersalaman dengan Pak Menteri adalah dengan dipanggil keatas panggung dan Pak Menteri lah yang datang untuk menyalami saya. Kalau tidak sekarang, ya entah kapan. Maunya sih begitu.

Kembali ke Surabaya, saya tidak ingat lagi dengan khayalan itu. Kembali ke kenyataan, menghadapi beragam problematika remaja, sekolah, dan berbagai urusan menenggelamkan khayalan-khayalan semu. Cerita diatas tiba-tiba teringat kembali ketika saya berhasil lolos sebagai Finalis OGN BK 2018. Pada saat pembukaan, salah satu pejabat yang memberikan sambutan menyampaikan bahwa untuk peraih medali emas, sejumlah 8 orang dari 8 mata pelajaran, penghargaannya akan langsung diserahkan oleh Bapak Presiden dalam acara Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Sementara, penghargaan bagi peraih medali perak dan perunggu akan diserahkan oleh Pejabat Kemdikbud lainnya. Wah.. kalau emas diserahkan oleh Presiden, berarti perak dan perunggu kemungkinan besar akan diserahkan oleh Pak Menteri dong..

Saya yang saat itu sedang terkantuk-kantuk mulai bersemangat kembali, mengingat khayalan yang pernah saya lontarkan beberapa bulan yang lalu. Saya sudah sampai di Final, pesertanya hanya 20 orang, kalau saya bisa masuk 3 besar, maka saya akan bisa bersalaman dengan Pak Menteri. Karena saya belum pernah mengkhayalkan untuk bersalaman dengan Pak Presiden, maka saya tidak berani mengkhayalkan medali emas. Jadi, saya hanya berani berharap dan berkhayal membawa pulang medali perak atau perunggu di OGN ini, agar gumaman saya beberapa bulan yang lalu terealisasi.

Selama proses final OGN berlangsung, saya tak lagi memedulikan target dan harapan. Saya hanya berusaha mengupayakan yang terbaik. Apalagi saya mendapat giliran pertama dalam tes microteaching, sehingga segala beban sudah terangkat lebih awal, dan saya hanya menikmati seluruh proses senyaman mungkin. Karena penilaian terdiri dari berbagai indikator, sesama finalis tidak dapat melihat kekuatan masing-masing selain penampilan saat tes microteaching. Sejujurnya, saya tidak terlalu percaya diri pada 2 indikator : artikel gagasan ilmiah dan tes wawasan kependidikan yang bobotnya total 25%. Artikel gagasan ilmiah saya, rasanya masih sangat amatir. Sementara saat tes wawasan kependidikan, saya tidak berada dalam kondisi yang fit, sehingga merasa tidak optimal mengerjakannya. Khusus BK, ada satu lagi tugas tambahan, yakni membuat program tahunan. Kalau yang satu ini, saya tidak tahu penilaiannya masuk dalam indikator yang mana. Dari hasil review, program tahunan saya cukup banyak yang perlu direvisi. Untuk tes esai, workshop pembuatan RPL, dan microteaching, sepertinya yang saya kerjakan sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh para juri.

Di hari ke-4, setelah pindah hotel dan melalui perjalanan wisata budaya, sebenarnya di jadwal tidak ada kegiatan khusus, namun kami mendapat kabar melalui grup untuk berkumpul di ballroom hotel D’Praya dengan mengenakan batik khas provinsi untuk mendengarkan pengarahan dari Dirjen GTK yang telah hadir. Kalau boleh memilih, saat itu ingin sekali leyeh-leyeh sambil tiduran di kamar. Perjalanan ke Pantai Kuta Mandalika di siang hari bolong dengan panasnya yang menyengat benar-benar menguras energi. Tapi saya juga tak sabar mengenakan batik seragam provinsi berwarna hitam dengan motif merak yang berani dan belum sempat saya pakai. Sayang sekali kalau batik yang diselesaikan oleh penjahit langganan dalam waktu 2 hari ini tidak jadi dipakai.

Ketika memasuki ruangan, teman-teman Jawa Timur sudah menyiapkan tempat khusus di barisan paling kanan. Saya terpaksa berpisah dengan neng Okta yang memilih untuk duduk di tempat yang mendekati pintu karena batuknya yang sulit dikendalikan. Akhirnya, saya duduk bersama dengan teteh Hessy dan mbak Elly, sesama finalis BK dari Jabar dan Kalbar. Acara dimulai dengan bincang-bincang bersama Ibu Maria Widiani, Kasubdit Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karir dari Kemdikbud. Perbincangan belum lagi selesai, ketika Plt Dirjen GTK Hamid Muhammad, M.Sc, Ph.D. beserta Sekretaris Dr.E.Nurzaman A.M.,M.Si,M.M. memasuki ruangan. Pembawa acara menyampaikan bahwa acara akan dilanjutkan dengan pengumuman pemenang.

Acara pengumuman pemenang ini diluar dugaan kami. Semuanya terkejut, namun juga antusias. Tanpa basa-basi, ketua tim juri membacakan keputusannya. Mata pelajaran BK disebut di urutan ketiga. Ketika disebutkan juara ketiga, saya harap-harap cemas. Mudah-mudahan nama saya atau neng Okta disebut. Ternyata, pemenangnya adalah Mbak Dita dari Yogyakarta. Ketika pemenang kedua disebut, saya semakin cemas berharap agar nama saya disebut. Namun ternyata, peraih medali perak adalah Pak Herie Gunawan dari Semarang. Yah, sudahlah. Pupus harapan saya untuk bersalaman dengan pak menteri. Saat pengumuman pemenang pertama, tangan saya semakin dingin. Sedikit kecewa karena tidak berhasil mendapat posisi kedua maupun ketiga. Saya sungguh penasaran, siapa diantara teman-teman saya yang akan mendapatkan medali emas. Ternyata, dewan juri menyebutkan bahwa juara 1 untuk mata pelajaran bimbingan konseling adalah… Nurmalahayati dari SMAN 15 Surabaya. Lha, itu kan saya..?? Astaghfirullah..Alhamdulillah.. Subhanallah.. Masya Allah.. saya gak ingat seharusnya menyebut apa. Sebut saja semuanya yang terlintas di kepala. Segera saya peluk mbak Elly dan teteh Hessy di sebelah saya sambil menerima ucapan selamat dari teman-teman Jawa Timur. Pengen peluk Neng Okta, yang sudah melalui berbagai proses ini bersama. Tapi sayangnya doi jauh banget posisi duduknya..

Segera saya maju ke depan. Pak Dirjen GTK, Sekretaris Dirjen, dan Ibu Dir.PimGur Dikmen mengalungkan medali, menyerahkan plakat pemenang dan hadiah laptop, serta menyalami para pemenang. Sejujurnya, saya ingin sekali menangis.. entahlah, rasanya terharu banget karena benar-benar tidak menyangka. Saya teringat mamak saya, almarhum bapak, suami dan anak-anak di rumah, kakak-kakak dan adik saya, kakak saya yang berangkat umroh bersamaan dengan keberangkatan saya ke Mataram yang saya titipkan doa di tanah suci, sahabat-sahabat yang sudah mendukung ketika saya berada dalam keadaan tersulit. Saya teringat masa-masa tersulit yang telah saya lalui: diremehkan, dilecehkan, diomongin buruk tanpa kesempatan membela diri, dianggap tidak ada, tidak berarti. Saya teringat murid-murid saya, yang selama ini selalu saya yakinkan untuk bekerja keras dan bersikap optimis demi mencapai impiannya. Gini lho nak.. rasanya berjuang hingga menjadi pemenang..

Rasanya ingin menangis.. Tapi tak ada satupun pemenang yang saya lihat menangis. Rasanya ingin menangis.. tapi pasti akan kelihatan jelek banget deh kalau difoto. Ya sudahlah, saya tegarkan hati, ditahan saja agar air mata bisa dibendung. Kalau sampai keluar, nanti sulit menghentikannya. Btw, ini beneran gak sih jadi juara 1..? Ini Olimpiade Guru Nasional lho.. beneran nih saya akan dapat hadiah 20 juta..? serius..? bangun woy.. bangun..!! Ini mimpi bukan sih..? Eh, beneran ya..? Sampai sekarang rasanya masih seperti mimpi. Aslinya, Saya jadi takut lho. Takut ini sebenarnya cuma mimpi dan saya terbangun dan kemudian meledek diri saya : “kasian deh loe.., mimpi kali yee..” hehehe..

Setelah pengumuman pemenang, beberapa kali pemenang dipanggil. Diminta mengumpulkan plakat, medali, dipanggil ke ruang panitia, diminta mengisi identitas, dan sebagainya. Hingga malam hari, belum ada pengumuman resmi tentang prosesi penyerahan hadiah dalam puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional yang akan diadakan di Lombok City Center. Setelah acara ramah tamah dan penyelesaian administrasi yang berakhir menjelang tengah malam, kami harus packing kembali karena harus check out dari hotel pada pukul 5 pagi.

Tidak ada yang tahu jadwal acara puncak pagi harinya. Kapan dimulai dan kapan selesainya kami tidak tahu. Kami hanya tahu bahwa kami sudah harus meninggalkan hotel pada pukul 6 pagi dan sarapan di bus, karena jarak dari hotel ke lokasi acara cukup jauh. Tiba di Lombok City Center, lagi-lagi saya harus terpisah dari teman-teman. Khusus juara 1, disediakan kursi khusus dengan nama kami tercantum di kursi bagian depan. Bagian protokoler berkali-kali mengecek keberadaan kami. Hehe..ternyata begini rasanya jadi VIP. Di pagi hari, kami diberi tahu bahwa penghargaan akan diberikan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang KH.M.Zainu Majdi,MA, dan Plt Dirjen GTK Hamid Muhammad, M.Sc,Ph.D. Presiden RI Ir.H.Joko Widodo, yang sedianya hadir menyerahkan penghargaan, berhalangan hadir karena kedatangan tamu Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang.

Setelah sambutan dari Mendikbud, acaranya langsung penyerahan penghargaan kepada pemenang Olimpiade Guru Nasional jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Dalam waktu yang sangat singkat, saya bersiap-siap, dipanggil namanya untuk berdiri di atas panggung, dan kemudian menerima penghargaan dan bersalaman dengan Pak Menteri. Setelah itu, dilanjutkan dengan foto bersama. Alhamdulillah, gumaman saya beberapa bulan lalu tentang bersalaman dan berfoto dengan Pak Menteri diatas panggung akhirnya benar-benar terealisasi. Malah ditambah dengan Gubernur NTB yang fenomenal dan Dirjen GTK. Subhanallah.. Nikmat mana lagikah yang bisa saya dustakan..? Prosesinya berlalu begitu cepat. Saya bersyukur sempat meminta tolong kepada Ibu Suhartatik, Kabid. GTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk mengambilkan foto ketika saya berada diatas panggung. Sepurane nggih bu, karena cuma ibu yang posisinya paling memungkinkan untuk mengambilkan foto karena jarak panggung yang cukup jauh dari teman-teman.

Menjelang dipanggil, saya baru tahu bahwa acara ini disiarkan langsung di TVRI. Sayang sekali, sinyal internet di lokasi tidak cukup baik. Saya tak sempat mengabari keluarga, teman, dan sahabat untuk menyaksikan momen bersejarah dalam hidup saya ini. Saya juga tidak tahu bagaimana cara mendapatkan dokumentasi lengkap saat saya bersalaman dan menerima penghargaan dari Pak Menteri. Untungnya, saya sempat berkenalan dengan peraih medali emas dari mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Ia dikirimkan keluarganya video rekaman tayangan di TV saat ia dipanggil ke atas panggung dan bersalaman dengan pak menteri. Kebetulan urutan saya berdekatan dengannya. Yah, biarpun buktinya tidak bisa dipajang, tapi setidaknya saya telah berhasil membuktikan bahwa apa yang saya katakan ternyata bisa menjadi kenyataan. Saya bersyukur pernah mengalami situasi yang memungkinkan saya membangun impian yang hebat, mendapatkan kesempatan untuk mewujudkannya, dan terealisasi berkat dukungan semesta. Nak, apa yang pernah ibu sering katakan di depan kelas ternyata benar kan? Ayo membangun impian, berusaha sungguh-sungguh, dan berdoa, maka semesta akan mendukungmu. Setuju..??

Masih nganyari laptop, 9-10 Mei 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi 031-8290473