Surabaya– Ruangan kelas XII MIPA 4 di SMAN 15 Surabaya nampak tak seperti biasanya. Tersedia berbagai macam snack, kue tradisional serta minuman yang ditata rapi di atas meja. “AUF WIEDERSEHEN” tertulis di papan yang dihiasi lampu berwarna -warni dan berkelap-kelip. Kursi dan meja ditata membentuk huruf “u”. Semuanya dipersiapkan untuk acara perpisahan Susanne, guru dari Jerman, yang dihadiri oleh kepala sekolah beserta wakil, guru dan murid. Meskipun dikemas dengan sederhana tapi penuh makna dan mengharukan.
Susanne, gadis Jerman yang lahir pada tanggal 14 Maret 1992, berada di SMAN 15 Surabaya dari tanggal 22 Februari hingga 6 April 2018. Lulusan dari Ludwig-Maximilians Universitat Munchen ini mengatakan bahwa dia adalah seorang guru Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman, sebagai bahasa kedua di sekolah dasar, yang berasal dari kota Pfarrkirchen, Bavaria – Jerman bagian selatan.
“I have joinned Bavarian Teacher Association (BLLV) that offers internships in schools around the world in cooperation with the Goethe Institute (Pasch – Schools),” dia menerangkan bagaimana dia bisa magang di SMAN 15 Surabaya. Tentu saja tak mudah mengikuti program tersebut karena dia harus mengirim video yang berisi tentang introduction dirinya, alasan dan harapannya mengikuti program tersebut. Setelah lolos seleksi pertama, dia masih mengikuti tes interview dan tulis.
Selama berada di Surabaya, dia tinggal bersama wali murid dari Marshanda di daerah Ketintang Madya. Menurutnya, dia sangat senang sekali berada di tengah-tengah keluarga tersebut karena mereka sangat ramah dan baik di samping itu dia juga diajak rekreasi ke Sarangan dan mengunjungi beberapa obyek wisata di Malang dan Madura. Menurutnya Indonesia negara yang mempunyai alam nan indah dan penduduk yang ramah.
Penyuka Nasi Padang dan Pecel ini mengungkapkan bahwa selama mengajar di SMAN 15 Surabaya, dia mendapatkan banyak pengalaman dan bisa belajar tentang budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam. Selain itu, respon dan sambutan semua pihak di sekolah yang ramah dan luar biasa membuatnya betah dan berat untuk meninggalkannya.
Hal tersebut bisa dibuktikan saat penulis melihat dan mengamati secara langsung dia mengajar di dalam kelas X MIPA 8 didampingi oleh seorang guru Bahasa Jerman, Sekunda Endah Kaloka, S.Pd. Kelas yang terdiri dari 16 murid laki-laki dan 19 perempuan ini terlihat antusias saat Susanne mulai membuka pelajaran. Dengan senyum manis dan keramahannya, dia menerangkan bahwa tema yang diajarkan adalah tentang benda-benda yang ada di sekitar mereka antara lain:
der Tisch die Tafel das Buch die Schere die Lampe
der Stuhl der Beamer der Kuli
Murid-murid diminta duduk melingkar. Dia berdiri di tengah-tengah dan menerangkan cara bermain game yang akan dilakukan. Jumlah kursi dikurangi satu jadi selalu pada akhir siapapun yang menyebut benda tersebut maka akan ada satu anak yang tidak mendapatkannya jika terlambat saat berebut. Suasana menjadi meriah dan penuh gelak tawa ketika Susanne memulai permainannya. Terkadang satu kursi dipererebutkan oleh dua murid dan tidak ada yang mau mengalah. Tentu saja ini membuat murid yang lain tertawa.
Setelah itu dia membuka sesi tanya jawab tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Jerman. Terlihat ada yang menanyakan tentang Berlin, Hitler, klub sepak bola dan budaya. Dengan ramah dan sabar dia menerangkan satu persatu pertanyaan murid-murid. Seringkali dia menggunakan Bahasa Inggris jika murid kurang paham. Ketika bel pergantian jam berbunyi, saatnya dia mengutarakan bahwa saat itu adalah hari terakhirnya berada di sekolah. Terlihat mereka sedih karena harus berpisah dan mereka ingin mengabadikan momen terakhirnya dengan foto bersama di luar kelas.
Tepat pukul 09:00 WIB, acara perpisahan dimulai. Kepala Sekolah SMAN 15 Surabaya, Johanes Mardijono, S.Pd, M.M., menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Susanne dan merasa bangga karena semua pihak bisa menerima dan menyambut Susanne selama ini. Dia berharap program seperti ini bisa dikembangkan ke depannya karena bisa menjadi ikon yang membanggakan sekolah tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Sebagai tanda tali asih, dia memberikan sebuah karikatur Susanne karya salah satu guru seni budaya, Rio. Terlihat Susanne sangat surprised dan senang sekali.
Tak hanya itu, setiap beberapa murid secara individu dan perwakilan kelas juga memberikan kenang-kenangan kepasa Susanne; ada yang berupa tas, baju, kain batik dan lain-lain. Suasana semakin haru tatkala Michele Btari Njotoprawiro, murid kelas XI MIPA 9, menyanyikan lagu berbahasa Jerman yang berjudul “ENLICH SEHE ICH DAS LICHT” dengan penuh penghayatan
Jeden Tag sah ich aus dem Fenster
Jedes Jahr nur das gleiche Bild
All die Zeit wusste ich es nicht
Wie blind ich immer war
Jetzt und hier funkeln alle Sterne
Jetzt und hier fang ich an, zu sehen
Es ist wahr, nun wird mir klar
Hier fühl ich mich zu Haus
Endlich sehe ich das Licht
Und die Schatten ziehen vorüber
Endlich sehe ich das Licht
Und die Dunkelheit vergeht
Es ist wahr und traumhaft schön
Und die Welt hat sich verändert
Tief in mir kenn’ ich die Bedeutung
Was ich seh’, bist du
Jeden Tag war ich nur für mich da
Jedes Jahr lief ich nur im Kreis
All die Zeit war die Welt ein Spielplatz
Für das Kind in mir
Sie ist hier, strahlend wie die Sterne
Sie ist hier, und die Zeit bleibt stehen
Es ist…
Berulang kali Susanne meneteskan air mata hingga ia tak sanggup lagi meneruskan pesan dan kesannya selama berada di SMAN 15 Surabaya. Selamat jalan Susanne dan sampai berjumpa lagi. We will be missing you…. (ryan)