DvRbEvAuTfXkXjVuPuVkTuOzYvLuHpKnDvCvCxVhGbMxAzDaBgGnTrKxMvJsPqQhEnAzJgNsJsBzMlRdUqViNvMtDdRfReMoSjLrZyNaHzRcGbXySzZpAeNaZiHuPdXwJuFcSpFfVpPdWzNnGnDoIdYbItNaAmGlFbOzJyQkPlNvHlDmDhVuJkPhDvFcHmIwHdEkZt
Preloader

Telepon 031-8290473

SI RANKING 10 DAN 11

Rabu sore, 26 Oktober 2017, saya mendapat tugas mendampingi tim Paduan Suara SMAN 15 Surabaya, Livo, yang akan tampil dalam acara Gala Dinner Asia Pacific Submarine Conference 2017. Sejak mendapatkan beberapa penghargaan dalam lomba paduan suara Internasional di Italia awal tahun ini, Livo mendapatkan banyak perhatian dan dipercaya untuk tampil dalam berbagai acara bergengsi. Mulai sore, tim Livo sudah bersiap untuk melakukan Gladi Bersih. Acara akan berlangsung hingga larut malam. Sebagai pendamping, tak banyak yang dapat saya lakukan. Tim ini sudah terlatih untuk mempersiapkan penampilan secara mandiri.

Acara ini diselenggarakan oleh TNI Angkatan Laut. Hampir seluruh panitia yang sibuk berlalu lalang merupakan perwira TNI AL, terlihat dari postur tubuh dan sepatunya yang mengkilap. Sambil menunggu tim mempersiapkan diri, saya mengamati sekeliling. Saya bersyukur sempat pulang dan mengganti seragam dengan batik. Hampir seluruh tamu asing juga mengenakan batik. Sejumlah pemuda yang juga berbatik mendampingi tamu asing sebelum memasuki ruangan.

Ketika membaca beberapa pesan di ponsel, seorang pemuda menghampiri saya. Ia memanggil nama saya : “Bu Nurmala ya..?”. Pandangan saya beralih ke sumber suara. Nampak wajah yang cukup familiar. Saya masih ingat. “Rendy ya..?”, saya mengonfirmasi. Ia mengangguk, dan mencium tangan saya. Saya memperkenalkannya kepada Pak Zaenal, wakasek kesiswaan yang menyusul untuk mendampingi Livo ,“Ini murid pertama saya ketika menjadi guru di Libels”. Obrolan pun mengalir. Ia baru saja menyelesaikan pendidikannya sebagai taruna AL beberapa bulan lalu. Saat ini, ia sedang berada pada tahap transisi selama 3 bulan, sambil menunggu penempatan tugas. Untuk acara malam ini, ia dipercaya oleh atasan untuk mengoordinir teman-teman angkatannya membantu kepanitiaan. Ia sendiri, kebagian peran menjadi guide untuk delegasi dari Australia.

Seketika, memori saya melayang pada kenangan tujuh tahun lalu, ketika saya memulai karier sebagai guru di SMA Negeri yang masih berstatus RSBI. Saat itu, SMA Negeri RSBI di Surabaya hanya ada dua sekolah, sehingga proses seleksinya sangat ketat. Kelas Rendy adalah kelas pertama yang saya bimbing. Baik suasana kelas maupun siswa-siswinya masih melekat dalam ingatan. Mereka adalah anak-anak yang cerdas, kreatif, kritis, penuh semangat, dan sangat kompak. Meski tak sampai satu semester membimbing mereka, kelas ini menorehkan kesan mendalam. Respon mereka atas setiap kehadiran saya di kelas membuat saya mengingat mereka dengan segala ceritanya.

Secara fisik, Rendy sekarang sangat berbeda dengan saat di SMA. Saya sempat tak mengenalinya ketika ia datang ke sekolah di awal menjadi taruna. Berat badannya menyusut drastis, membuat wajahnya terlihat berbeda. Ia sempat bercerita mengenai perjuangannya menembus seleksi menjadi taruna AL. Gagal di kesempatan pertama, ia sempat melanjutkan kuliah di PTN favorit di Surabaya. Namun ia tinggalkan demi persiapan menjadi taruna AL di tahun berikutnya. Ia berlatih fisik dengan bimbingan perwira TNI AL. Salah satu pengorbanannya adalah melakukan operasi tulang hidung, dengan memotong tulang hidungnya, dan kemudian menunggu tumbuh lagi dengan bentuk yang lebih baik.

Sepanjang acara malam itu, kami beberapa kali mendapat kesempatan berbincang. Banyak hal menjadi bahan perbincangan kami. Kabar pacarnya sejak SMA, yang hingga kini masih setia mendampingi, kabar teman-temannya, dan keluarganya. Saya masih mengingat mamanya, yang beberapa kali bertemu untuk membicarakan penjurusannya ke kelas IPA.

Dalam pembicaraan kami, ia berkata : “Bu, saya gak menyangka bahwa saya bisa berhasil lulus pendidikan taruna. Beberapa teman seangkatan saya kabur dan menyerah dari pendidikan. Ibu tahu kan, kalau saya ini malas. Waktu SMA, saya tiga kali ganti guru BK, tiga-tiganya memanggil orangtua saya karena masalah akademik. Malah saya sempat diminta pindah sekolah. Saya juga hampir tidak bisa masuk jurusan IPA”. Pada saat itu, penjurusan ke kelas IPA atau IPS memang dilakukan pada saat kelas XI. Selain minat dan hasil tes potensi akademik, nilai rapor kelas X juga sangat menentukan penempatan jurusan. Meskipun telah melalui beberapa tahapan konsultasi, Rendy tak berhasil memenuhi kriteria penjurusan IPA di awal. Namun atas kebijakan Kepala Sekolah, ia dan beberapa siswa melalui tes tambahan untuk dinyatakan memenuhi kriteria masuk jurusan IPA. Saya turut mensyukuri kebijakan yang sangat bijak ini. Masuk jurusan IPA merupakan salah satu langkah untuk mengantarkannya menuju cita-cita. ”Alhamdulillah bu, selama menjalani pendidikan, saya berkesempatan berlayar mengunjugi beberapa negara di dunia. Italia, Arab Saudi, hingga beberapa negara di Afrika. Semuanya gratis. Biaya pendidikan dan seluruh biaya hidup juga sudah ditanggung, termasuk uang saku per bulan selama 4 tahun ”. Semuanya tidak diraih dengan mudah. Hanya ada 94 taruna seangkatannya yang berhasil lulus dengan menyisihkan ribuan pelamar dari seluruh Indonesia.

Sambil menyaksikan penampilan Livo, kami melanjutkan obrolan nostalgia kami. “Bu, ibu ingat Reyno kan? Saya sekelas dengannya selama 3 tahun di SMA”. “Reyno yang sekarang jadi pilot kan?”, saya menjawab. Saya ingat sekali, karena Reyno adalah siswa yang sangat konsisten dengan impiannya menjadi pilot. Sekarang Reyno masih menjadi instruktur di sekolah pilot almamaternya. Dia belum bisa bergabung ke maskapai komersial, karena Reyno dulu mengikuti pendidikan melalui jalur beasiswa, Rendy menceritakan teman seperjuangannya di SMA.

Saat masih menjalani pendidikan pilot, Reyno sempat mampir ke sekolah. Ia menceritakan perjalanannya menembus seleksi beasiswa sekolah pilot yang kuotanya hanya 12 orang. Pada tahun pertama kelulusannya, ia berjuang menembus beasiswa 90% sekolah pilot dari salah satu maskapai penerbangan swasta. Ia menyadari bahwa orangtuanya tidak mampu membiayai sekolah pilot jika tanpa beasiswa. Sayang, ia gagal pada seleksi tahap kesekian. Namun ia pantang menyerah. Ia menunggu kesempatan di tahun berikutnya dengan bekerja keras membantu orangtuanya di usaha percetakan. Berbagai kesulitan akademik dan finansial telah dilaluinya, hingga kesempatan menjadi pilot kembali terbuka. Akhirnya kesabaranya berbuah kesempatan lain yang lebih baik. Kali ini, kesempatan beasiswa sekolah pilot dari Kementrian Perhubungan. Seluruh biaya pendidikan gratis. Ia hanya perlu mengganti biaya hidup, asrama, dan seragam. Alhamdulillah, cita-citanya menjadi pilot kini telah teralisasi.

Obrolan terus mengalir. “Saya dan teman-teman seangkatan belum bisa reuni bu. Sekarang, sebagian besar dari kami masih berjuang menapaki karier. Saya masih harus bertugas 2 tahun lagi, belum tahu akan berlayar kemana lagi”. Sambil lalu, Rendy mengungkapkan hal yang cukup mengejutkan. “Ibu tahu nggak? Waktu kelas 3 SMA, saat pengumuman perankingan jalur undangan, saya dan Reyno mencari-cari nama kami. Sulit sekali menemukannya. Akhirnya kami menemukannya di halaman terakhir. Dari 300-an siswa seangkatan, posisi ranking kami berurutan, ranking 10 dan 11”. Kemudian ia menambahkan, “tapi dari bawah bu..” , sambil tersenyum.

Seketika saya terhenyak. Ia bisa menceritakan ini dengan santai, karena telah berhasil melaluinya dengan baik. Saya tahu bahwa tidak mudah berada dalam tekanan akademik di sekolah RSBI pada zaman itu. Setiap semesternya, mereka harus menghadapi lebih dari 100 kali ulangan untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal untuk 15 pelajaran. Jika tak berhasil memenuhi, panggilan BK dan orangtua menjadi tantangan yang tak kalah menguras energi. Mereka bisa jadi dipandang sebelah mata oleh lingkungannya karena mereka bukanlah si grade “A”. Ketika itu, ranking juga menentukan stratifikasi sosial di sekolah. Penempatan kelas juga berdasarkan nilai rapor. Saya bersyukur, Rendy dan Reyno berhasil melampaui segala tantangan di SMA dengan mental baja. Segala kesulitan yang mereka hadapi di SMA menjadi bahan bakar mereka untuk menghadapi persaingan mewujudkan impian yang tak mudah diraih. Proses jatuh bangun ini pula yang membentuk karakter rendah hati dan menghargai orang-orang di sekelilingnya.

Semua pembicaraan malam ini dengan (mantan) murid saya menjadi bahan renungan. Betapa saya sangat berbahagia atas keberhasilan mereka. Saya lebih berbahagia lagi atas perlakuannya kepada saya, (mantan) gurunya, yang tak sampai satu semester berkesempatan membimbingnya. Salam hormat yang tulus sejak awal pertemuan hingga di akhir perjumpaan meninggalkan kesan yang berarti. Obrolan penuh makna yang tak sekedar basa basi laksana oase di tengah berbagai persoalan remaja kekinian.

Renungan ini sekaligus membuat saya melambungkan harapan pada murid-murid saya saat ini. Saya berharap potensi-potensi emas murid-murid saya tidak tereliminasi oleh nilai dan peringkat akademik yang tak sesuai ekspektasi. Saya berharap murid-murid saya fokus pada impian mereka, berapapun nilai dan peringkat yang mereka raih selama di SMA. Saya juga berharap bahwa saya, orangtua, dan seluruh guru di sekolah dapat berperan sebagai fasilitator dalam upaya mereka mencapai impiannya. Bagaimanapun performance akademik mereka selama di SMA, mereka berhak sukses, mereka berhak didukung dan dibangun kepercayaan dirinya. Meski tak mampu menembus jalur undangan, Rendy dan Reyno mampu melampaui seleksi yang tak kalah ketat pada jalur yang berbeda. Si ranking 10 dan 11 (dari bawah) ini telah membuktikan, bahwa daya juang, mental baja, fokus pada impian, dan sikap rendah hati mampu melejitkan pencapaian dan mengantarkan mereka pada pintu kesuksesan. Jadi.. teens jaman now, sekolah jangan hanya mengkhawatirkan peringkat akademik saja ya.. Masa SMA adalah momen penting membangun impian, saat terbaik melatih berbagai skill dan karakter. Jangan hanya memikirkan berapa nilai yang didapat, tapi bagaimana berjuang dalam setiap proses belajar. Hasil tak akan mengkhianati usaha. Percaya deh..

Surabaya, jelang Sumpah Pemuda 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi 031-8290473