DvRbEvAuTfXkXjVuPuVkTuOzYvLuHpKnDvCvCxVhGbMxAzDaBgGnTrKxMvJsPqQhEnAzJgNsJsBzMlRdUqViNvMtDdRfReMoSjLrZyNaHzRcGbXySzZpAeNaZiHuPdXwJuFcSpFfVpPdWzNnGnDoIdYbItNaAmGlFbOzJyQkPlNvHlDmDhVuJkPhDvFcHmIwHdEkZt
Preloader

Telepon 031-8290473

Mau Tahu Kelima Tamu dari Jerman Memainkan Gamelan dan Kolintang di SMAN 15 Surabaya?

Surabaya – Senin pagi tanggal 24 September, SMAN 15 Surabayamenyambut kedatangan lima tamu dari Jerman yang berasal dari fakultas pendidikan Universitas Bielefeld. Mereka dari jurusan pendidikan Bahasa Jerman, Bahasa Inggris, dan lain-lain. Seorang dosen yang bernama ProfDrJohannes Tschapka mendampingi keempat mahasiswa dan mahasiswi; Daniel PungeMilena Nunez ReinosoRoman Severin Prystawik, dan Sina Stein saat berkunjung ke Universitas Negeri Surabaya dan beberapa sekolah di Indonesia. Mereka tergabung dalam joint research yang bertujuan untuk meningkatkan kriteria kualitas penulis buku teks sekolah demi perdamaian di Asia Timur. Dalam hal ini ada beberapa universitas sebagai partner dalam research ini; Beijing Normal University, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Indonesia, Seoul National University, Philippines Normal University, Chulalangkom University, Bangkok, Ho Chi Minh City University.

Kunjungan ini diawali dengan penyambutan oleh Kepala SMAN 15 SurabayaJohanes Mardijono, S.Pd.,M.M., di ruangannya yang didampingi oleh Waka Humas, Drs. Nurhamdi, M.Pd.I, dan Staf Waka Humas, Dwi Arianti, M.Pd. yang akrab dipanggil Ryanti. Bertindak sebagai koordinator kunjungan ke sekolah, Dra. Ita Mardiani Zain, M.Kes., dosen Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya yang memperkenalkan nama-nama mereka, jurusan, serta tujuan kunjungan. Setelah sharing tentang berbagai hal; kesan saat berada Indonesia, sistem pendidikan di Jerman, dan tujuan kunjungan. Yo, sapaan dari Johanes Mardijono, berharap mereka mendapat banyak hal yang positif dan berguna saat mereka lulus kelak serta menjadi guru dan enjoy saat berada di Libels, julukan SMAN 15 Surabaya. Di samping itu, dia berpesan agar mereka juga sharing tentang apa saja kepada murid-murid khususnya yang berkaitan dengan pendidikan di Jerman .

Johannes, dosen yang mendamipingi keempat mahasiswanya, menyatakan rasa terima kasihnya atas kesediaan pihak sekolah menerima kunjungan mereka dengan baik. Tak lupa Roman sebagai perwakilan mahasiswa memberikan satu kenang-kenangan kepada Kepala Sekolah. Kemudian bersama-sama menuju ke depan sekolah untuk mengabadikan momen tersebut.

Karena ingin melihat dan berbaur dengan siswa Libels, mereka diajak ke kelas X-4 yang berada di gedung lantai tiga. Saat itu sedang ada pembelajaran Bahasa Inggris yang disampaikan oleh Prapti W., S.Pd. Setelah memperkenalkan diri tujuan kunjungan mereka, murid-murid diminta membentuk kelompok yang terdiri dari tujuh sampai delapan murid. Tiga kelompok didampingi oleh satu mahasiswa sedangkan satu kelompok sisanya didampingi oleh Milena dan Johannes. Roman menceritakan bagaimana dia bisa ke luar negeri. Mulai dari orang tuanya yang menabung hingga pengajuan dan pengurusan surat-suratnya.

Di kelompok lain, Sina melakukan tanya jawab tentang pembelajaran Bahasa Inggris. Tiba-tiba salah satu murid menunjukkan supplement bookyang berjudul Blossom. Dia memberitahukan bahwa di dalamnya sudah menggunakan barcode untuk materi listening dan video tentang materi Bahasa Inggris. Dia senang sekali karena tiap unit pasti ada dua materi yang menggunakan barcode yang bisa discan via Line. Sina langsung tertarik dan melihat-lihat isinya dengan seksama. Ryanti menambahkan bahwa ia dan Prapti masuk dalam tim penulis buku tersebut yang diprakarsai oleh MGMP Bahasa Inggris Surabaya yang digunakan oleh hampir semua sekolah di Surabaya, Gresik dan kota lainnya. Dia mengapresiasi hasil karya guru-guru Bahasa Inggris dalam menulis buku siswa.

Suasana nampak riuh karena mereka saling bertanya, bercanda dan bercerita tentang hobi, budaya, life style, sistem pendidikan, agama, dan lain-lain. Dua mahasiswi Unesa juga ikut berbaur dan menambah kegiatan sharing menjadi lebih “hidup”. Setelah bel pergantian jam pelajaran berbunyi, mereka berpamitan dan tak lupa mengabadikan moment tersebut.

Selanjutnya mereka diajak ke kelas X-9 di gedung lantai dua saat pembelajaran bidang studi Bahasa Jerman yang diajar oleh Yeti Sofianah, S.Pd. Johannes menyapa murid-murid dengan Bahasa Jerman dan disambut dengan antusias. Dia juga menawarkan apakah mereka akan berbincang-bincang dengan Bahasa Jerman atau Bahasa Inggris. Dengan tersipu malu mereka menjawab bahwa sebaiknya menggunakan Bahasa Inggris dan sedikit Bahasa Jerman. Ungkapan polos mereka disambut senyuman para tamu. Maklum saja karena mereka belajar Bahasa Jerman baru semester ini. Namun, ada murid yang berani memperkenalkan diri dengan Bahasa Jerman dan disambut tepuk tangan dan mendapatkan permen coklat.

Seperti di kelas sebelumnya, mereka duduk dan sharing di tiap-tiap kelompok. Nampak Roman menjelaskan dari mana dia berasal. Karena murid-murid belum pernah mendengar kota asalnya, akhirnya dia membuka google map dan menunjukkannya. Dia juga menjelaskan tentang jurusan dan perkuliahan yang sedang dia tempuh. Lalu murid-murid diajak berdiskusi tentang hal-hal lainnya.

Di kelompok lain nampak beberapa murid asyik berbincang-bincang dengan Johannes dan Milena. Ketika Johannes menanyakan tentang berapa lama mereka belajar di sekolah dan di rumah, seorang murid menjawab bahwa waktu belajar dimulai dari pukul 07:00 hingga 15:00 WIB. Hal ini mengagetkannya dan Milena yang duduk di sampingnya. Murid-murid juga ada yang “curhat” tentang PR yang mereka dapat sehingga malam hari hanya sanggup mengerjakannya dan tidak sempat belajar karena sudah lelah dan ngantuk. Johannes dan Milena memberikan support agar mereka tetap semangat dan mengatur waktu dengan lebih baik. Mereka juga sedikit membandingkan dengan sistem pendidikan di Jerman yang waktu belajar di sekolah dan jumlah mata pelajaran yang lebih sedikit sehingga waktu belajar murid lebih banyak.

Ketika mereka asyik sharing dengan murid-murid, terdengar bel jam pelajaran berakhir dan waktunya istirahat sehingga dengan berat hati mereka berpamitan. Seperti di kelas sebelumnya, mereka membagikan permen coklat aneka bentuk dan varian rasa. Tentu saja murid-murid bergembira dan langsung mengambil dan menikmatinya.

Tak lupa setiap kelompok berfoto dengan tamu dari Jerman yang mendampinginya. Ada beberapa yang meminta alamat surel mereka agar nantinya bisa tetap keep in touch khususnya dalam hal meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan Jerman.

Sambil menunggu waktu istirahat kedua berakhir, para tamu undangan menikmati sajian kue tradisional Indonesia. Sebelum mengambil, mereka bertanya dulu tentang nama, bahan-bahan, dan rasanya. Johannes mencoba Sosis Solo, Sina memilih lumpia basah, Milena yang sedang batuk melahap dua Sosis Solo lengkap dengan cabenya, dan Daniel tertarik dengan Puteri Mandi. Nampak mereka merasakan jajanan yang baru mereka jumpai. Daniel yang dari tadi kesulitan memotong kue Puteri Mandi akhirnya disarankan oleh salah satu mahasiswi Unesa untuk mengambilnya dengan tangan saja tanpa sendok. Tentu saja hal ini membuat semua tertawa dan suasana semakin akrab.

Saat masih sedang menikmati hidangan yang ada, terdengar alunan musik Gamelan dari pendopo SMAN 15 Surabaya yang dimainkan oleh grup ekstra kurikuler. Setelah selesai rehat, para tamu undangan keluar dari ruang Kepsek dan menuju ke pendopo untuk menyaksikan pertunjukan Gamelan, alat musik tradisional dari Jawa Tengah. Mereka mengambil gambar murid-murid yang tampil. Setelah selesai memainkan satu lagu Jawa, para tamu dipersilakan untuk belajar memainkannya. Mereka antusias dan duduk di depan alat musik masing-masing. Dengan sabar murid-murid mengajarkan cara memainkannya sehingga mengeluarkan nada yang diinginkannya.

Setelah puas belajar Gamelan, mereka diajak ke ruang aula yang berada di lantai dua gedung depan. Saat menaiki tangga terdengar alunan musik Kolintang, alat musik tradisional dari Minahasa, Sulawesi Utara. Para tamu duduk di depan dan menikmati pertunjukkan musik Kolintang. Setelah selesai, ketua grup mempersilahkan mereka untuk mencoba memainkannya. Langsung saja mereka memilih jenis Kolintang diinginkannya. Milena tampak kesulitan ketika memegang ketiga alat pukulnya. Namun, dengan bimbingan salah satu murid yang mahir, dia berusaha mengingat kuncinya. Di belakangnya, Johannes memilih bass yang hanya perlu dua alat pukul besar. Meskipun sulit tetapi mereka berusaha untuk memainkannya dengan senang hati sambil meminta tolong agar moment tersebut diabadikan.

Sekitar 30 menit berlatih, mereka berpamitan dan memberi supportagar mereka berlatih terus sehingga bisa lebih banyak prestasi yang diraih. Johannes menyatakan rasa terima kasihnya atas sambutan dan kesediaan SMA Negeri 15 Surabaya menerima kunjungan mereka. Hal ini sangat berguna bagi para mahasiswanya karena mereka adalah calon guru yang harus mampu mengambil banyak pelajaran setelah sharing dengan para murid dan guru. Untuk melihat bagaimana kegiatan mereka di kelas maupun saat memainkan alat musik tradisional (ryn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi 031-8290473