DvRbEvAuTfXkXjVuPuVkTuOzYvLuHpKnDvCvCxVhGbMxAzDaBgGnTrKxMvJsPqQhEnAzJgNsJsBzMlRdUqViNvMtDdRfReMoSjLrZyNaHzRcGbXySzZpAeNaZiHuPdXwJuFcSpFfVpPdWzNnGnDoIdYbItNaAmGlFbOzJyQkPlNvHlDmDhVuJkPhDvFcHmIwHdEkZt
Preloader

Telepon 031-8290473

Penerapan Terlambat Poin 30 di SMA Negeri 15 Surabaya

Surabaya-Sebagaimana kita ketahui, sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang mandiri dan berkualitas di berbagai bidang. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan adanya tata tertib yang berisi kumpulan aturan-aturan yang tertulis dan mengikat anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Aturan-aturan tersebut meliputi kewajiban dan larangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya).Dengan adanya kedisiplinan di sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan tentram. Meningkatkan kedisiplinan terhadap siswa sangat penting dilakukan oleh pihak sekolah, mengingat sekolah merupakan tempat generasi penerus bangsa menimba ilmu. Salah satu faktor yang membantu para siswa meraih kesuksesan di masa depan yaitu kedisiplinan.

Berkaitan dengan kedisiplinan murid, SMA Negeri 15 Surabaya tak henti-hentinya menggalakkannya dengan berbagai upaya. Salah satunya yaitu dengan terus-menerus mengarahkan murid agar tidak terlambat masuk sekolah atau dengan kata lain, bangun dan berangkat lebih awal agar terhindar dari kemacetan dan masalah-masalah lainnya. Tepat pukul 05:45 WIB, nampak lima murid yang piket bergegas menuju pos satpam sebelah timur untuk mengambil rambu lalu lintas dilarang berhenti dan tiga buah tulisan peringatan yang berbunyi “Terlambat Poin 30“. Lalu mereka berdiri berjejer di depan gerbang didampingi beberapa Bapak/Ibu guru yang piket saat itu; Djuwariani, M.MPd, Ellyst Rohela Siburian, M.Pd, dan Dra. Heruwati Sulistyaningtyas, MM. Murid dan guru laki-laki biasanya berjaga-jaga di seberang jalan untuk membantu menyeberangkan jalan dan mengatur lalu lintas. Terutama pada hari Jumat, kantor sebelah sekolah yaitu Dinas Tenaga Kerja mengadakan senam pagi dan sebagian besar mobil-mobilnya di parkir di pinggir Jalan Menanggal. Tentu saja sinergi dengan para petugas dari dua lembaga tersebut bisa mengurangi kemacetan.

Meskipun hari masih pagi dan udara dingin terasa menusuk pori-pori, tak menyurutkan langkah para murid dan guru untuk bahu-membahu menyemangati murid-murid yang datang ke sekolah agar tidak terlambat. Sosialisasi “Terlambat 30 Poin” merupakan salah satu tata tertib yang harus dipatuhi. Suara “Ayo cepat terlambat poin 30!” terus -menerus terdengar. Tidak hanya para murid yang bergegas mempercepat langkahnya tetapi juga para wali murid yang mengantarkan putera-puterinya. Ketika hampir sampai di penghujung waktu, para guru mengingatkan para wali murid yang mengantar agar berangkat lebih pagi dan tidak tergesa-gesa. Umumnya mereka meminta maaf dengan memberikan berbagai alasan.

Di pintu masuk utama gedung sekolah, para guru piket yang terdiri dari Dwi Arianti, M.Pd, Rani Dewi, S.Pd., Ulin Yudhawati, S.Si., M.Pd, Dewi Nurmalasari, M.Pd, dan Anilawati, S.Pd, menyambut kedatangan para penerus bangsa dengan senyum dan sapa sambil mengulurkan tangan mereka untuk berjabat tangan. Tak lupa para guru piket pun mengingatkan tentang kerapian para murid. Tepat pukul 06:30 WIB, pintu besi itu pun ditutup.

Saat diperdengarkan lagu kebangsaan nasional, Indonesia Raya, para murid yang terlambat didampingi oleh petugas piket berdiri di depan tiang bendera sambil menyanyikannya. Selanjutnya mengikuti doa bersama yang dipimpin oleh satu murid dari ruang siaran. Beberapa saat kemudian, pintu dibuka kembali dan mereka dipersilahkan masuk.

Di lobi ada sebuah meja yang digunakan untuk tempat berkas-berkas ketertiban khususnya mengenai keterlambatan. Satu-persatu mereka mengisi data berdasarkan kelasnya. Setelah itu mereka diminta untuk menelpon orang tuanya. Jika sudah tersambung, maka Bapak/Ibu Guru memberitahukan keterlambatan putera-puterinya dan menyarankan agar lebih diperhatikan lagi dalam membimbing mereka khususnya berkaitan dengan kedisiplinan seperti yang dilakukan oleh Drs. Nurhamdi, M.Pd.I, Waka Humas. Seringkali petugas piket harus merelakan pulsanya untuk menelpon para wali murid karena putera-puteri mereka kehabisan pulsa atau paket data. Namun, hal tersebut bukan merupakan kendala karena yang terpenting pesan yang ingin disampaikan tercapai. Pada umumnya mereka meminta maaf atas keterlambatan tersebut dan mengucapkan terima kasih atas perhatian pihak sekolah agar ke depannya tidak terulang kembali. Jika ada murid yang terlambat sampai tiga kali, maka wali murid wajib datang ke sekolah menemui guru BK.

Kegiatan selanjutnya yaitu membuat ringkasan tentang materi pelajaran pada jam pertama di kertas yang telah disediakan. Tak jarang mereka berdiskusi dengan temannya yang satu tingkat. Setelah menyelesaikan tugas tersebut, mereka mengisi form yang harus diberikan kepada guru BK masing-masing.

Dari kelima Surat Keterangan Ijin Masuk bisa kita lihat alasan keterlambatan:

1. Satu murid beralasan kehabisan saldo e-toll sehingga dia harus turun dan meminta tolong mobil di belakangnya.

2. Satu murid beralasan motornya mogok di jalan.

3. Tiga murid beralasan bangun kesiangan.

Memang faktor utama penyebab keterlambatan adalah bangun kesiangan. Begitu juga ketika dikonfirmasikan kepada wali murid, ternyata masih banyak yang belum bisa mandiri dengan bangun sendiri tanpa bantuan orang tua. Dalam hal ini, peran orang tua dalam membimbing putera-puterinya agar menjadi pribadi yang disiplin dan mandiri mutlak diperlukan.

Dra. Heruwati Sulistyaningtyas, M.M., koordinator tata tertib, mengatakan, “Sejak ditetapkannya sistem poin, keterlambatan di Libels menurun sampai hampir 80 persen. Poin keterlambatan 30 yang disosialisasikan oleh anggota OSIS yang bertugas di pintu gerbang membuat siswa harus bergegas agar tidak terlambat, juga orang tua yang mengantar putera puterinya. Jika terjadi keterlambatan maka orang tua akan langsung dihubungi agar mereka memperhatikan waktu keberangkatan putera-puterinya. Perlahan tapi pasti, keterlambatan siswa akan menjadi kejadian langka di Libels (julukan SMA Negeri 15 Surabaya). Semoga.. Semua Pasti Indah Pada Waktunya!”

Johanes Mardijono,S.Pd., M.M., yang akrab disapa Pak Yo ini mengaku sangat mendukung upaya-upaya meningkatkan ketertiban di lingkungan sekolahnya. Dia berharap apa yang telah dilaksanakan saat ini membawa manfaat bagi kemandirian dan kedisiplinan murid-murid sebagai generasi penerus bangsa. (ryn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi Lebih Lanjut Silakan Hubungi 031-8290473